.

Selasa, Januari 11, 2011

Sambutlah Animasi Buatan Anak Bangsa: Vatalla sang Pelindung ( Oleh Dody Kusumanto | KAORI Newsline )

 saya baru tau nih .. ( maklum jarang nonton tv sekarang . jadi ketinggalan jaman nie )
Berbicara mengenai film animasi 2D, Indonesia memang masih ketinggalan dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti Jepang atau Amerika Serikat. Padahal Indonesia sebenarnya bukannya tidak mampu untuk itu. Lihatlah iklan-iklan komersil di stasiun TV semacam iklan es krim yang disajikan dengan teknologi animasi 2D yang cukup memukau (bahkan salah satu merek terkenal memiliki serial animasi 2Dnya tersendiri yang diputar di bioskop dan diedarkan dalam bentuk kepingan VCD/DVD). Anda mungkin juga masih ingat dengan beberapa kisah-kisah dongeng seperti Timun Mas yang pernah diedarkan dalam bentuk OVA pada era 90an ataupun Red Rocket Animation yang pernah berjaya pada awal 2000an dengan memproduksi animasi Gatot Kaca. Begitupula dengan film-film animasi 2D yang pernah menghiasi layar kaca seperti Si Huma, Satria Indonesia, Dongeng Aku dan Kau, Kisah Wali Songo, Tupi & Ping-Ping, Aku Tahu, dan mungkin entah sederet judul apalagi yang mungkin luput dari ingatan kita. Jangan lupakan pula dengan insan-insan yang bergerak di jalur Indie yang juga memproduksi animasi-animasi yang meskipun sederhana namun tetap memukau seperti Grammar Suroboyo.
Kini demi memperkaya khazanah akan dunia animasi 2D di Indonesia, di penghujung tahun 2010 ini Stasiun Televisi TRANS7 (sebelumnya TV7) yang pernah terkenal dengan menayangkan banyak film-film animasi asal Jepang pada awal era 2000an kembali membuat gebrakan dengan mempersembahkan serial animasi 2D terbaru karya anak bangsa berjudul Vatalla Sang Pelindung.
Vatalla adalah sebuah serial animasi karya anak bangsa dari TRANS7 yang diangkat berdasarkan karakter dari komik lokal Indonesia berjudul VIENETTA feat The Stupid Aliens – Lagu Untuk Foja-, terbitan Koloni, M&C! Gramedia. Alfi Zachkyelle, pengarang komik sekaligus sutradara animasi ini mengkonsepkan 13 episode untuk serial ini. Seri yang diproduseri oleh Oktodia Mardoko dan TRANS7 ini diharapkan akan menjadi seri animasi 2D karya anak Indonesia pertama yang diangkat dari komik Indonesia. Seri inipun rencananya akan ditayangkan oleh TRANS7 mulai tanggal 27 sampai 31 Desember 2010 jam 09.00 WIB dan setelahnya akan ditayangkan secara mingguan. Dan bila mendapat sambutan yang cukup sukses maka akan dipersiapkan musim keduanya yang juga berjumlah 13 episode.
Produksinya melibatkan banyak insan kreatif dari seluruh penjuru Indonesia seperti animator, illustrator, musisi, sineas, designer, pelajar dan mahasiswa. Tercatat sekitar 6 Studio besar terlibat serta mensupport produksi ini. Sebut saja URAKUREK studio animasi (Mahabrata) dari Yogyakarta yang digawangi oleh Joko Subrata, Bachroel Ilmi, Kris Haryono, Yamroni & Apriyadi dipercaya menggarap produksi animasinya, ditambah 9 MATAHARI (Cinta) dari Bandung, KALIKARTOON studio dari Banten, serta beberapa animator dari Flores, Bangka Belitung, Padang dan Kalimantan ikut serta di dalamnya. Dan beberapa studio ilustrasi seperti JOTTER dari Bandung, PAPPILON Comic dari Semarang, CERGAM CENTER, beberapa siswa SMK dari Malang dan mahasiswa dari beberapa kampus seperti IKJ & ISI ikut serta dalam penggarapan animasi ini. Begitu juga dengan dukungan artis-artis komik Indonesia yang sudah go internasional seperti Arif Priyanto, Rhoald Marcelius dan Fahriza Kamaputra dari IFS studio (Witchblade, Darkness, Batman) serta Afif Numbo dan Rudi Crut dari CARAVAN Studio (Transformers, GI Joe, Drafted) ikut terjun di dalam produksi ini. Tak kalah serunya dengan Visual, Tim audio digawangi oleh beberapa Artist untuk scoring artisnya, sebut saja Arya Prayogi (Merantau) dan Hari ikut menghentak serial ini. Begitu halnya dengan para dubber, serial ini diramaikan oleh para dubber yang telah mengisi seri-seri anime internasional. Diantaranya Siti Balqis (Avatar), Diah Sekartaji (Sailor Moon), Jessi Milianty (Samurai X), Papa Indro (Chicken Little), Hilman (Naruto) Kartika Indah Jaya (Meraih Mimpi) dan Pepenk, drummer dari NAIF ikut terlibat didalamnya.
VATALLA menceritakan lima remaja, Jaka, Vienetta, Arya, Fionna, Yudha dan seekor Siberian Husky bernama Wolfie yang tergabung dalam band ALIENS FIVE menemukan sebilah keris purba yang di dalamnya bersemayam 5 roh Gunung api yang konon menjaga sebuah legenda purba. Legenda tersebut bercerita sebuah dunia bernama Cyodyavalla yang sedang dilanda kehancuran. Bertekat untuk menyelamatkan dunia tersebut, mereka terseret ke sebuah petualangan menegangkan dan berbahaya mencari sekaligus melindungi jantung dunia Cyodyavalla. Mereka tidak ada pilihan, mencari kemudian melindungi jantung tersebut atau membiarkan dunia Cyodyavalla hancur bersama dengan musnahnya bumi.
Produksi ini diharapkan mampu memecah kebekuan dunia animasi Indonesia yang masih slow mover dan menjalin rasa kebersamaan antara pelaku animasi di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah mensinergikan semua elemen kreatif bangsa untuk berpijak kepada kesadaran bahwa kita adalah bangsa yang besar. Bangsa yg bisa berdiri di kakinya sendiri.
Sebuah proyek yang ambisius kelihatannya. Dengan melibatkan berbagai pihak yang beragam dan mumpuni, proyek ini nampak bukan hanya sekedar sebuah proyek “animasi karya anak bangsa” saja namun juga sebuah “Proyek Indonesia”. Bayangkan saja 6 studio animasi berpengalaman, ditambah animator, illustrator, musisi, sineas, designer, pelajar dan mahasiswa dari berbagai latar belakang profesi, pendidikan, sampai daerah seakan menunjukkan Indonesia yang “Bhineka Tunggal Ika” yang berbeda-beda baik itu latar belakang dan lain-lain tetapi satu. Satu tujuan, satu visi, satu misi, dan satu harapan demi memajukan dunia animasi di Indonesia. Bayangkan pula berapa banyak lapangan pekerjaan yang bisa tersedia lewat proyek ini dan berapa banyak tenaga SDM yang diberdayakan dalam proyek ini??? Menunjukkan bahwa film animasi adalah bisnis yang serius dan tidak main-main. Bukan cuma masalah kebanggaan nasional atau keren-kerenan saja. Namun juga sebagai tali perekat persatuan dan terbukanya lapangan pekerjaan.
Selain itu keputusan untuk membatasi jumlah episode menjadi hanya 13 episode saja dan didahului dengan penayangan striping 5 episode awal adalah langkah yang bijaksana. Kita tentu juga harus maklum bahwa animasi Indonesia belum menjadi tuan di rumahnya sendiri. Karenanya mencoba membuat episode banyak-banyak justru adalah langkah yang tidak bijaksana. Karenanya jumlah 13 episode adalah pilihan yang cukup bijaksana ditambah dengan penayangan striping 5 episode awal terutama di masa liburan bisa menjadi ajang perkenalan sejenak sebelum kita benar-benar terbawa masuk ke dalam dunia Vatalla. Tentu rumor sudah muncul bahwa jika proyek ini sukses maka akan dibuat musim keduanya yang juga berjumlah 13 episode. Tentu saja kita sangat berharap supaya proyek ini bisa sukses besar dan menjadikan animasi Indonesia bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri (atau paling tidak diterima di rumahnya sendiri), meskipun andaikan proyek ini sukses mudah-mudahan pihak kreator tidak menjadi tinggi hati dengan melanjutkan penayangannya sampai sepanjang mungkin dan tidak tamat-tamat yang akhirnya justru malah menjatuhkan kualitasnya sendiri. Karenanya 2 musim dengan jumlah 26 episode menurut saya pribadi cukup untuk proyek awal ini.
Dari segi animasinya, film ini boleh dibilang sebagai yang terbaik yang bisa dibuat oleh anak-anak Indonesia. Dengan mengerahkan berbagai studio dan talenta-talenta berpengalaman jadilah sebuah animasi yang cukup apik dan memukau untuk ditonton. Memang jika dibandingkan dengan animasi dari Amerika atau Jepang mungkin masih kalah jauh. Tapi sebagaimana pepatah “Roma tidak dibuat dalam semalam” maka hal itu bisa dimaklumi karena dari segi kuantitas dan jam terbang, serta pengalaman saja dunia animasi di Indonesia masih belum cukup banyak. Karenanya akan terkesan tidak adil jika harus dibanding-bandingkan dengan Jepang atau merika Serikat yang sudah memiliki sejarah film animasi yang panjang dan didukung dengan dana yang besar. Dan merekapun dulu memulai semua itu dengan teknologi dan kualitas yang masih sangat sederhana sekali sebelum akhirnya menjadi semaju sekarang. Karenanya andaikan proyek ini sukses maka diharapkan menjadi awal untuk semakin banyaknya animas-animasi produksi Indonesia yang tidak kalah bagusnya bahkan mungkin lebih baik lagi kualitasnya.
Selain itu bagian yang cukup untuk diamati adalah bagian penyulihan suaranya. Nampak sederet nama-nama penyulih suara papan atas yang sudah berpengalaman terlibat dalam proyek ini. Bahkan kali ini saya bisa kembali mendengar suara emas Diah Sekartadji yang belakangan ini sudah lumayan jarang terdengar. Tentu saja sebagai anak yang dibesarkan dengan anime-anime yang disuarakan olehnya saya kembali menantikan kiprahnya di sini. Yang perlu diperhatikan di sini juga adalah Siti Balqis yang pernah berpengalaman mengisi suara Aang dalam anime Avatar -The Last Airbender-. Masalahnya dalam beberapa trailer yang sudah dimuat banyak suara-suara yang menganggap anime ini terkesan mirip Avatar akibat perawakan salah satu karakternya yang hampir mirip dengan Aang bahkan sampai ke suaranya (karena kebetulan disuarakan oleh orang yang sama). Semoga saja dalam realisasinya Kak Siti bisa lebih membawakan karakternya secara lebih hidup dan lepas dari bayang-bayang “mirip Avatar” yang selama ini dibicarakan beberapa orang.
Satu lagi fitur yang tak kalah menariknya (bahkan paling menarik menurut saya pribadi) adalah musical scorenya. Dengan digawangi oleh Arya Prayogi yang pernah berpengalaman mengerjakan musik untuk film laga Merantau, film anime ini diiringi dengan musik-musik yang memukau dan terasa megah sebagaimana yang terasa dalam trailer-trailer yang sudah tersedia. Tentu semoga dalam penayangannya nanti musik yang mengiringi bisa lebih baik daripada trailernya.
Pada akhirnya, bukan saja ucapan selamat tetapi juga terima kasih saya berikan kepada insan-insan berbakat yang sudah menghasilkan anime yang potensial ini. Baik itu Bung Alfi Zachkyelle sebagai kreator, Bung Oktodia Mardoko sebagai produser dan insan-insan anak bangsa lainnya yang ikut terlibat dalam anime ini. Kudos juga saya berikan kepada TRANS7 yang sudah dengan sangat berani ikut mendukung proyek besar (dan berisiko) ini dengan bertindak selaku penayang. Sebagai stasiun TV yang pernah punya sejarah gemilang dalam hal penayangan film animasi tentu kita juga berharap TRANS 7 tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Semoga ke depannya bisa menjadi pioner dan pula dalam menayangkan anime-anime berkualitas karya anak bangsa.
Akhir kata sudah siapkah kamu menjelajah dunia Cyodyavalla???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar